KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHERS DALAM MEMAKNAI TRADISI BALIAK SEDEKAH SUKU SERAWAI DI KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU
DOI:
https://doi.org/10.36085/jsikom.v5i2.7227Abstrak
Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah Bengkulu. Sebagaimana suku bangsa lain, Suku Serawai di Kabupaten Seluma memiliki tradisi yang unik yang masih bisa disaksikan hingga saat ini, diantaranya adalah tradisi baliak sedekah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis makna tradisi baliak sedekah suku Serawai di Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Informan sebanyak 4 orang, pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas menggunakan analisis Roland Barthes. Temuan penelitian ini bahwa pelaksanaan tradisi baliak sedekah Suku Serawai di Kecamatan Semidang Alas Maras diawali dengan niat yang disampaikan kepada keluarga lebu/merajo/merajo lebu puun bahwa pihak yang akan pulang ke rumah lebu sebagai ziarah dan sekaligus mengadakan jamuan. Ditemukan 3 simbol dalam tradisi baliak sedekah yaitu ayam, beras dan juada bajik. Konteks ayam memiliki makna denotasi hewan jenis unggas yang biasa dipelihara untuk dimanfaatkan daging, telur dan sebagainya. Beras putih adalah padi yang terkelupas kulitnya dan bijinya yang berwarna putih dan menjadi sumber makanan pokok. Sedangkan juada bajik sebagai makanan tradisional yang lengket terbuat dari bahan dasar beras ketan, santan kelapa, dan gula merah, serta rasanya manis dan enak. Makna konotasi ayam melambangkan simbol mandiri, bertanggung jawab dan kasih sayang. Kemudian beras putih melambangkan simbol kepribadian, kesejahteraan dan tanda tanggung jawab. Sedangkan juada wajik melambangkan simbol cinta, kasih, dan hubungan akan senantiasa lengket dan erat. Mitos ayam dalam tradisi baliak sedekah dipercaya bahwa ayam yang dari kecil mencari makan dan berjalan sendiri untuk menuntun anak-anaknya. Harapannya anak dapat mandiri dan terhadap orang tua dapat bertanggung jawab dan kasih sayang. Kemudian mitos beras dipercaya mampu mencukupi kebutuhan. Namun tetap merunduk harapan si anak kelak mempunyai sifat tawadhu tidak sombong. Sedangkan mitos juada bajik dipercaya bahwa anak sudah memiliki kehidupan bersama keluarganya, tetapi hendaklah tetapi memperkuat tali Silahturahmi dengan orang tuanya berdasarkan hubungan yang penuh cinta dan kasih sayang. Selain simbol, tahapan pelaksanaan acara juga memiliki makna denotasi, konotasi dan mitos. Semua makna itu mencerminkan konsep hidup orang serawai
Kata Kunci :
Tradisi Baliak Sedekah, Suku Serawai, Roland Barthes