PERANAN KELOMPOK SOSIAL IKATAN MAHASISWA EMPAT LAWANG BENGKULU (IMEL BENGKULU) SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAERAH DALAM MENGHADAPI STREOTIPE YANG DIBERIKAN OLEH MASYARAKAT KANDANG LIMUN BENGKULU

Authors

  • siska puspa sari PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
  • Sri Dwi Fajarini PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

DOI:

https://doi.org/10.36085/j-sikom.v2i1.3068

Abstract

Banyaknya kebudayan sudah menjadi cirikhas Negara Indonesia. Namun semakin banyaknya kebudayaan maka semakin banyak juga perbandingan yang ada diantara budaya nya. Maka salah satunya yaitu munculah streotipe pada perbandingan antar budaya terntentu, dan streotipe ini terjadi pada Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yang mendapatkan perspektif negatif dari orang sekitar yang berbeda latar belakang kebudayaan lebih tepatnya di Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu.

            Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, partisipatif, dan wawancara. Penelitian ini mengunakan kajian teori Interaksi Simbolik yang memiliki 3 unsur yaitu Mind, Self, dan Society.

            Hasil penelitian menunjukkan Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah dalam menghadapi streotipe yang diberikan oleh masyarakat Kandang Limun, streotipe ini muncul karna adanya symbol-simbol dari kelopok sosial IMEL Bengkulu yang salah dimaknai oleh masyarakat Kandang Limun seperti, ketika berbicara anggota (IMEL Bengkulu) memiliki nada bicara yang tinggi drhingga terkesan sebagai orang yang mempunyai kepribadian yang keras, ketika berpapasan dengan orang yang lebih tua cenderung tidak menyapa sehingga dianggap sombong, padahal mayoritas mereka sebagai warga pendatang itu mempunyai kepribadian pemalu. Dikarna halinilah terjadinya streotipe negatif. Solusinya yaitu antara Kelompok sosial IMEL Bengkulu dengan masyarakat Kandang Limun hendaklah saling meningkatkan sikap saling toleransi dalam berinteraksi sosial.

 

Kata Kunci: Stereotipe, Imel Bengkulu, Komunikasi Antar Budaya

Author Biography

siska puspa sari, PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

SISKA PUSPA SARI, S.I.KOM

ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU (UMB)  

PERANAN KELOMPOK SOSIAL IKATAN MAHASISWA EMPAT LAWANG BENGKULU (IMEL BENGKULU) SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAERAH DALAM MENGHADAPI STREOTIPE YANG DIBERIKAN OLEH MASYARAKAT KANDANG LIMUN BENGKULU

Siska Puspa Sari, Sri Dwi Fajarini, M.I.Kom

Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Email.siskapuspasari144@gmail.com

 

ABSTRAK

 

            Banyaknya kebudayan sudah menjadi cirikhas Negara Indonesia. Namun semakin banyaknya kebudayaan maka semakin banyak juga perbandingan yang ada diantara budaya nya. Maka salah satunya yaitu munculah streotipe pada perbandingan antar budaya terntentu, dan streotipe ini terjadi pada Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yang mendapatkan perspektif negatif dari orang sekitar yang berbeda latar belakang kebudayaan lebih tepatnya di Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu.

            Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, partisipatif, dan wawancara. Penelitian ini mengunakan kajian teori Interaksi Simbolik yang memiliki 3 unsur yaitu Mind, Self, dan Society.

            Hasil penelitian menunjukkan Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah dalam menghadapi streotipe yang diberikan oleh masyarakat Kandang Limun, streotipe ini muncul karna adanya symbol-simbol dari kelopok sosial IMEL Bengkulu yang salah dimaknai oleh masyarakat Kandang Limun seperti, ketika berbicara anggota (IMEL Bengkulu) memiliki nada bicara yang tinggi drhingga terkesan sebagai orang yang mempunyai kepribadian yang keras, ketika berpapasan dengan orang yang lebih tua cenderung tidak menyapa sehingga dianggap sombong, padahal mayoritas mereka sebagai warga pendatang itu mempunyai kepribadian pemalu. Dikarna halinilah terjadinya streotipe negatif. Solusinya yaitu antara Kelompok sosial IMEL Bengkulu dengan masyarakat Kandang Limun hendaklah saling meningkatkan sikap saling toleransi dalam berinteraksi sosial.

 

Kata Kunci: Stereotipe, Imel Bengkulu, Komunikasi Antar Budaya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

THE ROLE OF SOCIAL GROUP ASSOCIATION OF FOUR LAWANG BENGKULU STUDENTS (IMEL BENGKULU) AS A REGIONAL CHANGE AGENT IN DEALING WITH STREOTYPE GIVEN BY THE BENGKULU WASTE COMMUNITY

Siska Puspa Sari, Sri Dwi Fajarini, M.I.Kom

Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Email.siskapuspasari144@gmail.com

ABSTRACT

            The number of cultures has become the hallmark of the Indonesian State. However, the more cultures there are, the more comparisons there are between cultures. So one of them is the emergence of stereotypes in certain intercultural comparisons, and this stereotype occurs in the Bengkulu Lawang Empat Lawang Student Association (IMEL Bengkulu) Social Group which gets negative perspectives from people around who have different cultural backgrounds, more precisely in Kandang Limun, Bengkulu City.

            The purpose of this study was to determine the Role of the Four Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Student Association Social Group as Regional Change Agents in Facing the stereotypes given by the Kandang Limun Bengkulu community. This research uses qualitative methods with data collection techniques namely observation, participatory, and interviews. This study uses a study of symbolic interaction theory which has 3 elements, namely Mind, Self, and Society.

            The results showed the role of the Four Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Student Association Social Group as Regional Change Agents in dealing with the stereotypes given by the Kandang Limun community, this stereotype emerged because of the symbols of the IMEL Bengkulu social group that were misinterpreted by the Kandang Limun community as When speaking, the members (IMEL Bengkulu) have a high speaking tone so that they seem to be people who have a tough personality, when they meet older people they tend not to say hello so they are considered arrogant, even though the majority of them as immigrants have a shy personality. This is where the negative stereotype occurs. The solution is that the Bengkulu IMEL social group and the Kandang Limun community should increase mutual tolerance in social interactions.

Keywords: Stereotypes, Imel Bengkulu, Intercultural Communication.

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Stereotipe.iyalah.serangkaian bentuk yang sangat erat kaitannya sehingga dapat dan mampu mengerakan sikaf atau dalam arti untuk dapat melakukan sebuah tindakan pada lingukungan sosial yang ada baik menimbulkan dampak positif maupun negatif. (Rahmadani, 2017). Menurut (Merriam Webster) Definisi.stereotipeiayalah serangkaian gambar mental yang sudah tersetandarisasi serta memiliki contoh kelopok sosial tertentu yang dapat mewakili pendapat yang disederhanakan maknanya, baik itu sikap peneliaan, ataupun prilaku prasangka yang tidak kritis yang diberikan pada individu lainnya.

Di Indonesia sering terdengar stereotipe-stereotipe tentang kelompok sosial. Streotipe sangat berkaitan erat dengan prasangka.  Setreotipe yang dikenakan kepada orang lain ini telah dibentuk oleh seseorang yang mempunyai prisangka sebelum dia mendapatkan kesempatan untuk bisa saling menegenal sewajarnya dengan orang lain yang dikenakan streotipe ini. Interaksi yang terjalin antara mereka yang memiliki perbedaan kelopok sosial di dahului dengan streotipe negatif hal ini nantinya akan dapat berpengaruh pada keefektivitasan komunikasi (Liliweri, 2001:177). Kelompok budaya bisa dari ras, suku, agama. Yang berbeda semakin sering menjalin interaksi walapun dengan menggunakan bahasa yang sama bahasa Indonesia, tidak secara otomatis saling toleransi terjalin antara mereka. Karna akan terdapat prasangka yang timbal balik diantara mereka yang berbeda kelompok sosial. Kesalah pahaman antar kelompok sosial ini Akan terus terjadi jika tidak segera diatasi dengan baik. Bahkan dikalangan terdidik pun, stereotipe antar komunikasi kelompok ini masih berlaku. Salah satunya sama dengan hal yang terjadi pada kelopok sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yang dikenai streotipe oleh masyarakat kelurahan Kandang Limun.

Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) Sebagai kelompok sosial yang dibentuk oleh orang-orang dengan latar belakang kebudayaan Empat Lawang yang mana banyak mendapat streotipe yang negatif dari orang-orang dengan atar belakang kebudayaan Empat Lawang, karna adanya perspektif yang mengatakan bahwa orang Empat Lawang ini merupakan orang yang mempunyai kepribadian yang keras, kasar, dan tidak jarang ada banyak orang yang merasa segan untuk berinteraksi dengan orang Empat Lawang.

            Dan streotipe ini tentunya juga berimbas pada Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu). Yang mana kelopok sosial ini dibentuk oleh mahasiwa yang berasal dari daerah empat lawang yang sedang menempuh pendidikan diseluruh Universitas yang ada di Kota Bengkulu yang dijadikan sebagai wadah bagi mahasiswa empat lawang ini. Namun dibalik itu dtreotipe yang sudah di dapatkan dari latar belakang kebudayaan juga di perkuat dengan adanya symbol-simbol yang dilihat oleh masyarakat Kandang Limun pada Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) seperti nada bicara yang tinggi drhingga terkesan sebagai orang yang mempunyai kepribadian yang keras, ketika berpapasan dengan orang yang lebih tua cenderung tidak menyapa sehingga dianggap sombong, padahal mayoritas mereka sebagai warga pendatang itu mempunyai kepribadian pemalu. Darkarna halinilah terjadinya streotipe negatif. Solusinya yaitu antara Kelompok sosial IMEL Bengkulu dengan masyarakat Kandang Limun hendaklah saling meningkstksn sikap saling toleransi dalam berinteraksi sosial.

            Peranan dari Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) sebagai agen perubahan daerah dalam menyikapi streotipe ini, mereka tentunya mempunyai usaha dan bahkan pembentukan IMEL Bengkulu ini di jadikan sebagai wadah bagi mereka yang nantinya di harapkan supaya apa yang orang degan latar belakang kebudayaan yang berbeda yang memandang Empat Lawang negatif nantinya mereka dapat mengurangi dan bahkan mampu menghilangkan streotipe-streotipe negatipe ini, yang mana salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh IMEL Bengkulu yaitu dengan mencoba mengikuti pengajian di daerah Kandang Limun, mengikuti bakti sosial, dan melakukan galangan-galangan dana apabila terdapat bencana-bencana alam. Dan beberapa proker yang nantinya diharapkan akan dapat membuktikan bahwa perspektif negatif tentang Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) itu tidak benar adanya.

            Kelopok Sosial Ikatan Mashasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) mempunyai secretariat yang berdekatan dengan masyarakat yang menegani streotipe negatif yaitu Kelurahan Kandang Limun

 

KAJIAN PUSTAKA

            Untuk mengungkap fenomena stereotipe komunikasi kelompok sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) dengan masyarakat Kandang Limun Kota Bengkulu, peneliti menggunakan metode penelitian dengan menggunakan metode dekriptif kualitatif yang digunakan untuk dapat melukiskan melukiskan sebuah fakta dengan mengunakan pendekatan teori Interaksi Simbolik.

 

 

Teori Interkasi Simbolik

Konsep dari teori interkasi simbolik dikemukakan oleh Herbert Hurmer pada tahun 1939. Menurut mead manusia yaitu pelaku dalam masyarakat, sementara sosial act memegang peran sebagai pangungnya. Degan ini rindakan sosial mencakup 3 bagian yaitu: gerak isyarat individu, tanggapan pada gesture secara implisit. Mied menyatakan tindakan adalah suatu unit yang lengkap dan tidak dapat dianalisis dengan cara terpisah. (Rohim, 2009:44)

Yang dipikirkan oleh mead. Setiap isyarat verbal dan non verbal dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terjalin dalam sebuah interaksi yang merupakan suatru bentuk simbol yang memiliki arti penting. Prilaku seorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, melalui pemberian sebuah isyarat yang berupa simbol maka dapat diutarakan (perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya) dengan cara membaca simbol yang diperlihatkan orang lain. Interaksi simbolik ini memandang bahwasanya dalam kehidupan sosial pada dasarnya yaitu bentuk interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. (Mulyana, 2005:70)

Dalam dalam kehidupan sosial terori interaksi simbolik yaitu : bentuk interaksi yang dijalin manusia dengan penggunaan simbol-simbol. Manusia mengunakan bayak cara untuk Simbol yang telah diberikan meraka artikan untuk berkomunikasi dengan sesamnya, sehingga menimbulkan penapsiran atas Simbol yang diberikan pada orang lain. Penganut interaksi simbolik memiliki pandangan bahwasanya manusia yaitu produk dari interaksi mereka dan tidak mengakui. (Muliana, 2010:71)

Pemahaman dari teori intreaksi Simbolik yaitu manusia dapat mecimpatakan sebuah simbol-simbol serta yang nantinya dipergunakan oleh mied, simbol dipergunakan oleh manusia untuk bisa menjalin komunikasi dengan individu lainnya self. Maka dalam menginterprsentasikan simbol-simbol telah didapatkan dan oleh orang lainnya nantinya berpikiran yang mempunyai anggapan pada simbol yang diterimah oleh masyarakat. (Zamroni, 1988:55)

  1. Mind.

Persepsi/pikiran yang dibentuk oleh seseorang sehingga dapat menciptakan sebuah persepsi baru atau simbol baru yang nantinya dipergunakan dalam berinteraksi.

  1. Self.

Peribadi yang nantinya akan menjadi perilaku dalam berinteraksi serta penyebar persepsi mind yang sudah ada, self  menjadi opjek dari persepsi simbolik yang diciptakan.

  1. Society.

Masyarakat yang dimaksut adalah masyarakat yang menjadi tempat persepsi yang sudah dibentuk mind kemudian berintraksi antara satu sama lain self yang menjadi makna baru dalam masyarakat sehingga hasilnya masyarakat mengikuti makna baru yang sudah dihasilkan.

 

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi dari sebuah fenomena. Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mengambarkan realita dan keadaan sosial dalam masyarakat. Menurut Nasution (Dalam Sujarwo,2001:25) pendekatan kualitatif berdasarkan pada kenyataan lapangan dan yang dialami oleh narasumber.

Untuk dapat mengungkap fenomena stereotipe komunikasi kelompok sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) dengan masyarakat Kandang Limun kota Bengkulu, peneliti menggunakan metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan mengunakan teori interaksi simbolik.

Metode seksriptif kulaitatif dipergunakan untuk mengambarkan fakta atau bidang tertentu. Menetapkan yang dilakukan orang lain dalam menghadapi sebuah masasalah yang sama serta belajar dari pengalaman untuk dapat merencanakan dalam keputusan yang mendatang. Pendekatan kualitatif yaitu sebuah pendekatan untuk memahami phenomena yang dialami oleh subyek secara holistic ddengan cara deskriptif dalam bentuk kata dan bahasa pada suatu komtek dengan memanfaatkan b erbagai metode ilmiah. (Mulyana,2010:145)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yaituh krlompok sosial yang mendapatkan perspektif negatif untuk dapat melihat bagaimana Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu. Tentunya harus lah melakukan wawancara dengan metode penelitian kualitatif yang menggunakan pisau analisi teori interaksi simbolik.

Untuk dapat mengetahui bagaimana Peranan Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu. Peneliti mewawancarai informan yang bernama Wegi Ardiansyah (24 tahun) pada tanggal 14 februari 2021 bertempat di sekretariat Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu), beliau menuturkan bahwa :

“…stereotatipe itu justru yang menjadi tantangan buat kita untuk menepis stigmatisasi negatif orang-orang atas daerah dan masyarakat Empat Lawang, terlebih kita sebagi mahasiswa Empat Lawang adalah agen yang harus menjadi perubahan yang lebih baik terhadap daerah kita nanti, kita harus bisa meminimalisir bahkan menghilangkan anggapan negatif itu. Oleh karna itu kita membentuk organisasi IMEL Bengkulu untuk menjadi wadah bagi mahasiswa Empat Lawang yang sama pemikiran untuk menghilangkan stigma negatif tadi. Melalui IMEL kita banyak ngadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial masyarakat, seperti bakti sosial ke panti asuhan anak yatim, penggalangan dana untuk bencana alam dan kemanusiaan, kegiatan kebersihan lingkungan dll, dari situ kita mulai menunjukkan bahwa orang Empat Lawang itu tidak selamanya pantas dipndang negatif, lalu kita juga mendorong anggota untuk menjadi pemimpin dan petinggi dalam organisasi internal maupun eksternal di kampus dengan ini orang akan beranggapan bahwa orang-orang Empat Lawang itu mempunyai kompetensi yang harus diacungi jempol, banyak anggota IMEL yang menjadi ketua hima, organisasi, ketua UKM, Gubernur mahasiswa, bahkan sampai ke tingkat Menteri dan wakil presiden mahasiswa. Selain itu kita menanamkan nilai-nilai positif keanggota khususnya dan juga ke mahasiswa Empat Lawang umumnya untuk bangga dan tidak minder untuk mengakui asal daerahnya dan bangga menjadi bagian dari mahasiswa Empat Lawang yang akan membawa perubahan pada tanah kelahiran bumi Saleng keruani sangi kerawati…†(Wegi Ardiansyah, 14 februari 2021)

 

Sikap yang diambil dari Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yang ada di tengah-tengah masyarakat kelurahan Kandang Limun ini  bukan lah sikap yang tidak ada maksudnya, Melainkan upaya supaya mereka dapat mengubah stigma negatif masyarakat sekitar. Sehingga dengan melakukan hal-hal yang positif dengan Cara ngadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial masyarakat, seperti bakti sosial ke panti asuhan anak yatim, penggalangan Dana untuk bencana alam dan kemanusiaan, kegiatan kebersihan lingkungan dll, secara tidak langsung akan dapat mengubah pandangan mayarakat Kandang Limun menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan Wawancara Mendalam Melihat bagaimana Peranan Kelompok Sosial Ikatn Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu yang dikaji dengan menggunakan teori interaksi simbolik yaitu:

  1. 1.        MIND

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Interaksi Simbolik dan peneliti menghubungkan pada unsur pertama yaitu Mind. Mind merupakan suatu persepsi atau pikiran yang dibuat oleh seseorang sehingga menciptakan suatu persepsi baru atau simbol baru yang kemudian nantinya dipergunakan untuk berinteraksi. Dalam penelitian ini, Mind atau perspektif dari diri sangat mempengaruhi dalam pola interaksi khususnya masyarakat pendatang yaitu masyarakat Empat Lawang dalam Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu). Pengaruh yang dihasilkan yaitu hambatan perspektif masyarakat kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu pada masyarakat pendatang, hambatan yang ditimbulkan yaitu adanya perspektif yang mengatakan bahwa Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) merupakan kelompok orang-orang yang dianggap kasar, keras, semaunya saja, kejam, menakutkan, dan lainnya. Dengan andanya mind ini menciptakan persepsi baru sehingga orang-orang dari latar belakang empat lawang nantinya Akan selalu dianggap sebagai kelompok sosial negatif  dalam berinteraksi, Hal inilah yang menyebapkan oarang-orang dari latar belakang daerah Empat Lawang merasa sulit untuk dapat menciptakan interaksi dengan masyarakat Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu.

  1. 2.        SELF

Pada bagian self ini dimaksudkan bahwa adanya pelaku atau diri yang menjadi penyebar perspektif, dalam hal ini yaitu masyarakat kota Bengkulu (Masyarakat Kandang Limun) yang secara sistematis menyebabkan pandangan bahwa Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) itu kasar, keras, semaunya saja, kejam, dan menakutkan, dan bisa menghambat interaksi dari kedua pihak. Sedangkan dari sisi Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yaitu sebagai korban (objek) dari hasil Mind (perspektif) yang ditimbulkan dan disebarkan oleh masayarakat Kandang Limun.

  1. 3.        SOCIETY

Society yang mengacu pada lingkungan atau masyarakat dimaskudkan disini yaitu bahwa adanya pemaknaan baru yang diciptakan oleh perspektif (Mind) dan interaksi dengan diri atau individu (Self) sehingga menimbulkan adanya makna yang baru dari lingkungan yang ada. Pada kasus ini, peneliti mengamati bahwa setelah adanya perspektif mengenai Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) yang cenderung negatif tadi, maka dampak yang ditimbulkan yaitu adanya masyarakat yang sudah terbiasa dengan ciri khusus orang dari latar belakang kebudayaan Empat Lawang lebih tepatnya Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu), sehingga jika masyarakat kelurahan Kandang Limun mengenal orang dari latar belakang kebudayaan Empat Lawang lebih tepatnya Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) sebagai kelompok sosial yang mempunyai perspektif yang negatif hal ini muncul karna adanya symbol-simbol yang dilihat oleh masyarakat Kelurahan Kandang Limun dari kelompok sosial IMEL Bengkulu yaituh : nada bicara yang tinggi sehingga trekesan keras, adanya anggota IMEL Bengkulu yang jarang melakukan tutur sapa ketika berpapasan dengan orang yang lebih tua di Kandang Limun sehingga di anggap tidak sopan, dabalik itu ternyata mereka memiliki kepribadian yang pemalu, dan seringnya berkumpul disekretariat (IMEL Bengkulu) antara lelaki dan perempuan sehingga masyarakat Kandang Limun berasumsi bahwa Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) ini hanya menghabiskan waktu untuk bermain saja. Dan hal ini semua juga dilatar belakangi karna kurangnya toleransi antara mereka, dan adanya perbedaan adat dan budaya dari keduanya.

 

KESIMPULAN

      Berdasarkan hasil penelitian bagaimana Peranan Kelompok Sosial Ikatn Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (Imel Bengkulu) Sebagai Agen Perubahan Daerah Dalam Menghadapi Streotipe Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kandang Limun Bengkulu. Maka kesimpulanya yaitu:

      Dari hasil penelitian dengan menggunakan pisau analisis teori Interaksi Simbolik dapat disimpulkan bahwa Masyarakat Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu mempunyai stereotipe pada Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu). Stereotipe ini muncul karana adanya persekptif yang mereka dapatkan dari masyarakat lainnya yang sudah lebih dahulu memandang Kelompok Sosial ikatan mahasiswa empat lawang bengkulu (IMEL Bengkulu) ini. Dalam teori interaksi simbolik terdapat tiga unsur yaitu: adanya mind merupakan suatu persepsi atau pikiran yang dibuat oleh seseorang sehingga menciptakan persepsi baru, self merupakan pelaku atau diri yang menjadi penyebar perseptif yaitu masyarakat Kandang Limun, dan yang selanjutnya society yaitu pemaknaan baru yang di ciptakan oleh (mind) dan interaksi dgn diri (self) sehingga menimbulkan pemaknaan baru.

  Solusinya yaitu antara Kelompok Sosial Ikatan Mahasiswa Empat Lawang Bengkulu (IMEL Bengkulu) sebagai agen perubahan daerah dendaklah menyikapi dengan lebih baik lagi serta diantara (IMEL Bengkulu) dan masyarakat Kandang Limun hendaklah saling meningkatkan sikap saling toleransi dalam berinteraksi sosial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo. 2001. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Moleong, J, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Yudhistira

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tryaniputri, 2020. Analisis Stereotipe Dalam Komunikasi Antar Budaya      Masyarakat Minang Dengan Masyarakat Lokal Di Kota Bengkulu. Ilmu       Komunikasi Fisip Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

https://dosensosiologi.com/pengertian-stereotip-menurut-ahli/

 

References

Liliweri, Alo. 2001. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Moleong, J, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Yudhistira

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tryaniputri, 2020. Analisis Stereotipe Dalam Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Minang Dengan Masyarakat Lokal Di Kota Bengkulu. Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

https://dosensosiologi.com/pengertian-stereotip-menurut-ahli/

Downloads

Published

25-01-2022

How to Cite

sari, siska puspa, & Fajarini, S. D. (2022). PERANAN KELOMPOK SOSIAL IKATAN MAHASISWA EMPAT LAWANG BENGKULU (IMEL BENGKULU) SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DAERAH DALAM MENGHADAPI STREOTIPE YANG DIBERIKAN OLEH MASYARAKAT KANDANG LIMUN BENGKULU. J-SIKOM, 2(1). https://doi.org/10.36085/j-sikom.v2i1.3068

Issue

Section

Articles
Abstract viewed = 186 times