RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcalaria L) PADA PERLAKUAN PUPUK HUMANURE DAN SEKAM PADI
DOI:
https://doi.org/10.36085/agrotek.v16i1%20Juli.1699Abstract
Indonesia memiliki keragaman hayati dalam jumlah yang cukup banyak. Salah satu dari flora yang hidup dan banyak ditemui di Indonesia adalah Sengon (Paraserianthes falcataria L.). Kelebihan dari tanaman sengon adalah daun, buah, pohon dan akar sengon dapat dimanfaatkan secara ekonomis.Bagian yang memberikan manfaat paling besar adalah batang/katunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan, sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sengon pada perlakuan beberapa dosis .pupuk humanure dan sekam padi. Adapun Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk humanure yang terdiri 4 taraf yaitu : P0 = 0 g/kg top soil; P1 = 100 g/kg top soil; P2 = 200 g/kg top soil; dan P3 = 300g/kg top soil. Faktor kedua adalah dosis sekam padi yang terdiri 4 taraf yaitu : S0 = 0 g/kg top soil; S1 = 100 g/kg top soil; S2 = 200 g/kg top soil dan S3 = 300 g/kg top soil. Sehimgga dari kedua perlakuan tersebut diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, terdapat 48 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis 100 g/kg topsoil dengan tanpa sekam memberikan pertumbuhan bibit sengon terbaik yang dapat dilihat dari nilai Indek Mutu Bibit terbaik (0,22) diperoleh pada interaksi perlakuan pupuk humanure 100 g/kg (P1) tanpa Sekam (S0). Begitu pula pada peubah lainnya yang meliputi Tinggi Bibit, Diameter Bibit,  berat kering tajuk dan berat kering akar terbaik ditunjukkan pd kombinasi dosis humanure 200 g/kg top soil dengan tanpa sekam (P2S0)References
Agoes, D. S. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Iskandar, dkk. 2008. Kayu Sengon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kartasaputra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Mahakarya. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014. Rencana Strategis 2015 – 2019.
Jakarta.
Maeiga Haryati dan Nurul Azizah, 30 Oktober 2013. Pengaruh Pemberian Campuran Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Cabai. Kementerian Agama Madrasah Aliyah Negeri Cibinong. Bogor.
Mulyana, D. dan C. Asmarahman 2010. Tujuh Jenis kayu Penghasil Rupiah. Agromedia
Pustaka Jakarta.
Pranoto, H. S. 1990. Biologi Benih. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Revelino Joas Putra. 2011. Respon Pertumbuhan Semai Nyamplung (Calophylllum inophyilum L) terhadap Pemberian Humanure dan Sekam Padi. Universitas Bengkulu.
Sadjat, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Sanoesi. 2012. Mengenal Kayu Sengon (Paraseriantes falcataria L). www.sanoesi.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 September 2017, 08:54.
Suparman, HM dan Suparmin. 1999. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit. Buku
Kedokteran. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta.
Sutopo, L. 2004. Teknologi benih. Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.
Dirjen RLPS dan Indonesia Forest Seed Projet. Gramedia. Jakarta.
Syarifudin dan S. Winarsih. 2000. Pengaruh Pemberian Trichoderma Viride dan sekam padi Terhadap Penyakit Rebak di Persemaian Cabai. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia Vol.2 No. 5 Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Tampubolon, A dan C. Ali. 2000. Standarisasi Mutu Bibit Jenis – Jenis Konifer. RPTP Tingkat
Peneliti Tahun Anggaran 2000. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli.
Universitas Brawijaya. 2016. Pengaruh Perbedaan Suhu Air dan Lama Perendaman Terhadap Suhu Air dan Pertumbuhan Bibit Sengon (Paracerianthes falcataria L). www.repositiry.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017, 07;51