PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERTANIAN BAGI KETAHANAN PANGAN PETANI INDONESIA

Authors

  • Hasanawi MT., M.P. Universitas Muhammadiyah Bengkulu
  • Asyrafinafilah Hasanawi Universitas Muhammadiyah Bengkulu
  • Neti Kesumawati Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Abstract

Kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim didominasi di kawasan perdesaan, dengan proporsi keluarga petani yang sangat signifikan termasuk dalam masyarakat tidak mampu (miskin) dan mengalami kelaparan. Dengan demikian, pemberantasan kemiskinan dan kelaparan secara integral terkait dengan peningkatan produksi pangan, produktivitas pertanian dan pendapatan perdesaan. Selain itu, kondisi iklim yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi keberlangsungan pertanian di Indonesia. Indonesia harus mampu menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh rakyat dan akses pangan dengan harga terjangkau dengan perubahan yang berisiko tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, pengetahuan mengenai klimatologi penting dilakukan untuk mengantisipasi seperti perubahan iklim. Saat beradaptasi dengan perubahan iklim, kegiatan pertanian dibarengi dengan kegiatan perlindungan dan penguangan risiko hingga level yang paling rendah. Sehingga muncul asuransi usahatani yang bertujuan untuk melindungi pertanian, berbagi risiko, dan memihak petani. Asuransi usahatani, khususnya, berlaku untuk berbagi risiko gagal panen yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, serta serangan hama dan penyakit. Penelitian ini menggunakan analisis pada data sekunder tentang ekonomi dan sistem keuangan Indonesia dan informasi yang dikumpulkan dalam wawancara dengan individu-individu kunci (keypersons) di Kementerian Pertanian, Jakarta. Untuk memperjelas data tersebut, dipilih satuKabupaten di provinsi Jawa Barat, Kabupaten Cirebon, dan dua Kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Ketiga wilayah tersebut dipilih karena memiliki perkembangan sistem keuangan terutama pertanian daerah yang dinamis, dukungan pemerintah untuk memberikan subsidi pertanianyang aktif. Namun, dikarenakan tidak adanya bank pertanian di Indonesia, lembaga keuangan mikro eksisting diharuskan menyediakan dana yang cukup untuk menutupi biaya produksi. Untuk tindak lanjut jangka pendek, Program Pengembangan Agribisnis Pedesaan (PUAP) saat ini diharapkan dapat membantu petani melalui lembaga keuangan mikro dalam mendanai kegiatan pertanian. Peran keuangan mikro merupakan bagian dari strategi ketahanan pangan dan sangat penting untuk membantu petani dalam meminimalisir efek risiko gagal panen. Praktik pertanian berkelanjutan dan sistem pangan, termasuk produksi dan konsumsi, sebaiknya dilaksanakan dalam perspektif yang holistik dan terintegrasi.

 

Kata kunci : asuransi pertanian, perlindungan pertanian, risiko gagal panen.

Author Biography

Hasanawi MT., M.P., Universitas Muhammadiyah Bengkulu

References

Binswanger, H. P. (1980). “Attitudes towards Risk: Experimental Measurement in Rural Indiaâ€, American Journal of Agricultural Economics 62 (3): 174-82.

Boer, R. (2009). Sekolah Lapangan Iklim: Antisipasi Risiko Perubahan Iklim. Majalah Salam, No. 26, January 2009. pp. 8-10. www.salam.leisa.info.

Hadi, P. U., C. Saleh, A. S. Bagyo, R. Hendayana, Y. Marisa, and I. Sadikin. (2000). Studi Kebutuhan Asuransi Pertanian Pada Pertanian Rakyat (Study on Agricultural Insurance Requirements for Smallholder Farms). Research Report, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Nurmanaf, A.R.,Sumaryanto, S.Wahyuni, E.Ariningsih, andY.Supriyatna. (2007). Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Ternak Potong (Feasibility Analysis and Development Perspective of Agricultural Insurance for Rice Farm and Beef Production). Research Report, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Pasaribu, S. M., H. P. Saliem, and E. Ariningsih. (2009). Agricultural Insurance for Rice Farming in Indonesia. Research Report. Pro-Poor Policy Formulation, Dialogue, andImplementationatCountryLevel:Indonesia(CGP/RAS/214/IFA). ICASEPS, Bogor and FAO-RAP, Bangkok.

Pasaribu, S.M., H. Mayrowani, D.K. Swastika, M. Iqbal, A.K. Zakaria, T. Nurasa, V. Darwis, and J. Hestina. (2008). Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani di Daerah Marginal TerhadapPerubahan Iklim.Research Report,PusatAnalisisSosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Pusat Pembiayaan Pertanian.(2009).Asuransi Pertanian:KasusPilotProjectAsuransi Tanaman Padi dan Ternak (Agricultural Insurance: The Case of Pilot Project of Rice Farm and Livestock Insurance)â€, Paper presented at a seminar held by IFC on 18 February 2009 in Jakarta, Pusat Pembiayaan Pertanian, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian, Jakarta.

Saliem, H. P. and Supriyati. (2006). Diversifikasi Usahatani dan Tingkat Pendapatan Petani di Lahan Sawah (Farm Diversification and Farmer’s Income Level in Wetland Areas). In AGRIDIV In-Country Seminar: Poverty Alleviation through Development of Secondary Crops, Bogor, 23 March.

Sumaryanto. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi: Kasus di Wilayah Pesawahan Irigasi Teknis DAS Brantas (Factors Affecting Farmers’ Decision to Apply Diversification of Crop Pattern). In AGRIDIV In-Country Seminar: Poverty Alleviation through Development of Secondary Crops, Bogor, 23 March 2008.

Susilowati, S. H., Supadi, and C. Saleh. (2002). “Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Pedesaan Jawa Barat (Diversification of Farmers’ Income Sources in Rural Area of West Java)â€. Jurnal Agro Ekonomi 20 (1): 85-109.

Walker, A. S. and N. S. Jodha. (1986). How Small Farm Households Adopt to Risk? In Hazell et al. (Eds): Crop Insurance for Agricultural Development. John Hopkins University Press. Baltimore and London.

Downloads

Published

2021-01-07
Abstract viewed = 854 times