KAJIAN USAHATANI PADI DI LAHAN PASANG SURUT DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

Authors

  • Agoes Thony Ak Sjakhyakirti University
  • Endah Novitarini Sjakhyakirti University

Abstract

Indonesia saat ini tidak lagi punya banyak pilihan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional selain memanfaatkan lahan-lahan suboptimal yang masih tersedia dan memungkinkan untuk dikelola sebagai lahan produksi pangan, karena upaya peningkatan produktivitas sudah semakin sulit secara teknis agronomis dilakukan dan juga semakin tidak ekonomis untuk diusahakan. Namun demikian, perlu dipahami bahwa lahan-lahan yang tergolong pasang surut mempunyai beragam karakteristik dan potensinya. Oleh sebab itu, perlu diprioritaskan pada pengembangan teknologi yang secara teknis relevan untuk masing-masing karakteristik lahan pasang surut tersebut, secara ekonomis terjangkau oleh petani setempat, serta diharapkan juga selaras dengan preferensi dan sosio-kultural masyarakat setempat. Dua pendekatan yang dapat secara paralel dan interaktif dilakukan adalah [1] optimalisasi sifat fisik, kimia, dan (mikro)biologi tanah yang dibarengi dengan optimalisasi pengelolaan sumberdaya air agar efektif dan lebih efisien; dan [2] seleksi jenis komoditas yang sesuai dan pengembangan varietas yang adaptif secara spesifik untuk masing-masing karakteristik lahan suboptimal. Untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan lahan suboptimal, maka semua upaya teknis dan teknologis yang dilakukan harus pula mempertimbangkan kemungkinan dampak ekologisnya, kesesuaian sosiokultural dengan masyarakat lokal, selain tentunya menguntungkan secara ekonomi bagi petani sebagai pelaku utamanya. Lahan pasang surut membutuhkan lebih banyak intervensi teknologi agar dapat dijadikan lahan pertanian yang produktif. Upaya ini selain mahal secara ekonomi, sering juga beresiko tinggi bagi lingkungan. Mudah untuk dipahami bahwa tidak seluruh bentang lahan pasang surutl dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi. Dengan demikian maka tidak semua jengkal lahan suboptimal harus digunakan sebagai lahan produksi; sebagian perlu tetap diperuntukan bagi kepentingan konservasi. Rata rata biaya produksi usahatani padi pasang surut di desa Banyu urip adalah  Rp.15.880.907 perluas garapan  permusim tanam. Rata rata pendapatan yang diterima oleh petani contoh sebesar   Rp. 10.544.093,-  dan penerimaan diperoleh sebesar Rp. 26.425.000,- luas garapan permusim tanam. Dan R/C  usahatani padi sebesar 1,88. Artinya setiap Rp 1 yang di keluarkan petani untulk proses produksi maka petani mendapatkan keuntungan sebesar 1,66. hal ini menunjukkan bahwa usahatani  padi di lahan pasang surut layak untuk di lanjutkan ataupun dapat member keuntungan kepada petani sebesar 1,88.

 

Kunci : lahan pasang surut, usahatani. Teknologi tepat guna

References

Alihamsyah, T. 2004. Potensi dan pendayagunaan lahan rawa untuk peningkatan produksi padi. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Dalam F. Karino, Efendi dan AM. Fagi (Penyunting). Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Antalina, SS. dan S. Umar. 2009. Teknologi pengolahan komoditas unggulan mendukung pengembangan agroindustry di lahan lebak. Prosiding Seminar Nasional Serealia. ISBN: 978-979-8940-27-9.

Edgerton, D. 2006. The Shock of the Old: Technology and Global History Since 1900. Profile Books Ltd, London.

Endrizal dan B. Julistia. 2009. Pengembangan dan peningkatan produktivitas padi pada rawa lebak melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu padi di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Padi, Hal.800-814.

Endrizal dan Jumakir. 2009. Produktivitas beberapa VUB padi rawa lebak mendukung desa mandiri pangan Kabupaten Batanghari. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Fitri, SNA. and N. Gofar. 2010. Increasing of rice yield by using growth promoting endophytic bacteria from swamp land. J. Tropical Soils. 15(2): 271-276.

Gofar, N. 2007. Keragaman beberapa sifat kimia dan biologi tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan rawa lebak. Agritrop 26(2): 92-96.

Downloads

Published

2020-07-02
Abstract viewed = 973 times